Presiden Joko Widodo saat membuka Inacraft di Jakarta
- IUMKM, NEWS

Asosiasi: Persempit Keran Produk Impor dan Jangan Irit Beli Produk Dalam Negeri


KBR, Jakarta – Pengadaan barang dan jasa dari Pemerintah dinilai mampu berkontribusi terhadap peningkatan transaksi pembelian produk buatan dalam negeri.

Menparekraf Sandiaga Uno dalam sambutannya di acara “Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia” di Bali menegaskan, penilaian itu didasarkan pada pengalaman pelaksanaan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau “Germas BBI” tahun lalu.

“Kilas balik sedikit pada program stimulus bangga buatan Indonesia dalam rangka penyaluran dana PEN dalam kurun waktu Oktober-Desember 2021, telah menghasilkan lebih dari 150 ribu transaksi penjualan produk BBI dengan total nilai sebesar Rp36 miliar. Salah satu fokus target Germas BBI ke depan adalah selain stimulus ekonomi yaitu pendampingan UMKM selama tiga bulan. Yang bertujuan untuk meningkatkan transaksi penjualan. Selain itu, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi juga menjadi target utama,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno saat Acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia, Jumat (25/3/2022) di Bali.

Desakan Perkecil Keran Impor

Program “Germas BBI” yang semakin meluas memang telah melibatkan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumandiri), Hermawati Setyorinny, pihaknya mendorong pemerintah melakukan sejumlah langkah konkret guna mendongkrak pembelian produk dalam negeri. Salah satu caranya dengan memperkecil keran impor barang yang menjadi halangan UMKM untuk tumbuh berkembang.

“Pemerintah harus mengecilkan keran impor atau mungkin menutup keran impor yang produknya UMKM-nya ada, karena biasanya kalau di negara lain misalnya produk pertanian di negara itu ada, berarti berarti dia tidak akan mengimpor produk yang sama supaya berkompetisinya itu kan UMKM bisa mendapatkan ekonomi yang lebih dari produknya sendiri. Kemudian yang kedua, memang dengan bangga buatan Indonesia itu paling tidak sebenarnya masyarakat Indonesia ini kan menjadi sasaran pasar dunia, karena kalau suka akan membeli terus nah perputaran ini sebenarnya kita dengan fokus pemasaran domestik itu sebenarnya sudah bagus sekali, karena jumlah penduduk kita ini kan luar biasa besar menjadi sasaran dari market produknya UMKM,” urainya kepada KBR (25/3/2022).

Hanya saja, imbuh Hermawati, semua itu harus diimbangi dengan edukasi dalam hal produk itu sendiri. “Kalau dulu, akibat pandemi membuat pemerintah tidak bisa maksimal, karena semuanya serba online. Sekarang harus semua bahu-membahu, gotong royong mengedukasi tentang produk pertanian misalnya. Karena kalau kita mau bangga membeli produknya Indonesia itu, kita harus mengetahui produknya ini berkualitas atau tidak,” ujar Hermawati saat dihubungi KBR, Jumat (25/3/2022).

Ketua Umum Akumandiri, Hermawati Setyorinny mengatakan, harus ada pelatihan serta legalitas dalam hal yang berkaitan dengan produk bagi UMKM, agar produknya bisa berkembang dan dikenal luas oleh masyarakat.

“Yang paling vital adalah dimudahkan dalam hal legalitas. Karena kalau bangga buatan Indonesia masuk di kementerian atau dinas terkait, diwajibkan membeli produk Indonesia, produknya UMKM, itu pasti kan dia produk-produk yang memang secara P-IRTnya ada sertifikasi halalnya. Ada. Itu semua dimudahkan atau bagi yang mikro itu digratiskan, baik itu P-IRT maupun sertifikat halal. Memang pemerintah sebenarnya ada program sertifikasi halal. Itu gratis. Tapi UMKM tidak semuanya mengerti atau tahu. Kalau pun tahu dia tidak tahu caranya,” tutur Hermawati lagi.

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia atau “Germas BBI” diluncurkan Juli 2020 lalu. Pemerintah berharap, Germas BBI menjadi titik penting kebangkitan UMKM dan Ultra Mikro. Selain itu, Germas BBI juga bertujuan meningkatkan kesadaran konsumen memanfaatkan teknologi dan membeli produk buatan dalam negeri.

Editor: Fadli Gaper