- NEWS

Sosialisasi di Garut, Ketum Akumandiri dengar “Curhatan” Para Petani

FAJAR.CO.ID, GARUT – Assosiasi IUMKM Indonesia (Akumandiri) terus melakukan sosialisasi ke daerah-daerah. Baru-baru ini, Akumandiri menggelar silaturahmi dan koordinasi dengan calon pengurus DPD Akumandiri Kabupaten Garut, pelaku Usaha Mikro Kecil dari Industri Roti,Kelompok Pedagang Kelontong (Warung), Kelompok Petani Gula dan Kelompok Petani Kopi.

Pertemuan tersebut bertempat di Masjid Gunung Cikuray Kp. Kebonsatu 01/01 Ds. Cigedug Kec Cigedug. Kabupaten. Garut, Senin (2/5) yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum Akumandiri, Hermawati Setyorinny beserta rombongan dari DPP Akumandiri.

Dalam sambutannya, Hermawati menjelaskan tentang apa itu Akumandiri dan memaparkan apa visi misi dan program-program Akumandiri. Dalam kesempatan itu, Hermawati juga mengutarakan kekagumannya terhadap antusias warga Kabupaten Garut yang berkeinginan menaikkan kesejahteraan ekonomi dengna membuka diri bergabung dengan Akumandiri.

“Sangat surpriese dengan antusias warga yang berkeinginan menaikkan kesejahteraan ekonominya dengan mau membuka diri dengan masuk di Akumandiri, sehingga akan faham dan tahu Program program Pemerintah yang memang menjadi haknya juga,” kata Hermawati.

Dijelaskan, Kabupaten Garut merupakan daerah yang memiliki tanah yang subur. Bukit yang terhampar luas memiliki kesuburan tanah yang dipergunakan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan. “Daerah ini adalah ‘surga’. Wira usaha mikro yang tumbuh beraneka ragam. Industri kulit, kuliner khas daerah ditambah penduduknya giat bekerja, sikapnya baik ramah dan santun, kompak dan pantang menyerah. Hanya saja ternyata kebaikan dan keluguan masyarakat disinilah yang sering dimanfaatkan orang orang yang tidak bertanggung jawab seperti tengkulak atau pengijon,” jelas Rinny sapaan akrab Hermawati Setyorinny.

Olehnya itu, tak lupa Rinny menyampaikan ucapan terima kasih kepada Perhutani KKPH Garut yang sudah membantu masyarakat untuk merangkul para petani untuk bisa bekerjasama di areal yang dikelola oleh warga. “Berharap dengan adanya Akumandiri bisa membantu untuk anggota bisa mendapat bantuan permodalan dan Pemasaran,” paparnya.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Akumandiri Indra Wishnuntoro S. Indra berharap kepada masyarakat dan anggota Akumandiri di Kabupaten Garut mau terbuka, membuka wawasan agar bisa terangkat ekonominya. “Tidak lagi segala sesuatunya bisa dipenuhi secara instan. Semua harus dengan tahapan,” singkatnya.

Ditempat yang sama, Ketua Bidang Energi Sumber Alam Dan Mineral Akumandiri, Martin Karnarukma, tak lupa memberikan semangat agar bersama-sama bisa meningkatkan taraf hidup para petani, khususnya para petani kopi yang mayoritas ada Kabupaten Garut.

“Lahan ini sudah subur, hasil pertanian juga semua bagus. Hanya saja kurang perawatan. Dan itu kendala dara para petani yang selama ini tidak ada pendampingan atau pembinaan. Saya berharap dengan ada Akumandiri bisa kita bersama sama memperbaikinya,” tukasnya.

Sementara itu, Perum Perhutani KPPH Kabupaten Garut. Entis Sutisna, mengungkapkan, pihaknya dalam rangka implementasi pengelolaan hutan bersama masyarakat sudah dilakukan kerjasama dengan Pemanfaatan Lahan Dibawah Tegakan (PLDT) Budidaya Tanaman Kopi.

“Tujuannya menunjang keberhasilan kelestarian hutan melalui partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Juga meningkatkan daya dukung lahan yang menjadi objek kerjasama memperoleh hasil manfaat yang optimal bafi perhutani dan masyarakat. Dengan adanya Akumandiri berharap kendala yang ada di kelompok petani ini bisa diatasi. Serta Akumandiri bisa bersinergi dengan perhutani secara berkelanjutan,” bebernya.

Yang menarik dan menjadi perhatian Akumandiri adalah keluhan dari petani kopi dan gula aren. Dalam kesempatan itu, salah satu petani kopi Uum menceritakan tentang panen yang dialaminya, terutama dengan panen sistem ijon yang sering dilakukan.

“Dalam pejualan dengan cara normal (panen sendiri) apabila panen sekitar 100 pohon dapat menghasilkan Rp.1.400.000,- tapi panen dengan sistem ijon yang dijual kepada tengkulak hanya dibayar dengan harga Rp. 400.000,- hal tersebut terjadi secara berulang,” keluhnya. Tak hanya itu, hampir sebagian besar petani kopi menjualnya dengan cara tebas (sistem ijon).

Hal serupa juga diutarakan petani gula aren Banjarwangi yang berjumlah 500 anggota. Diceritakan, setiap anggotanya rata-rata dapat menghasilakn 5 kg setiap harinya yang dijual dengan harga Rp.10.000,- per kilonya. Dan parahnya lagi, harga tersebut telah dipatok menjadi harga tetap.

“Artinya ketika permintaan konsumen banyak, seperti bulan ramadhan mereka menjual kepada tengkulak dengan pembayaran yang sama. Padahal harga dipasaran bisa mencapai Rp.18.000,- sampai Rp. 20.000,-perkilonya. Karena tidak ada pasar yang mampu menampung secara rutin hasil gula aren tersebut, maka petani tetap menjual kepada tengkulak dengan harga standar yang ditetapkan spekulan,” tukasnya.

Olehnya itu, Uum dan para petani gula aren berharap dengan adanya Akumandiri dapat membantu permodalan dan adanya pasar yang stabil yang tidak merugikan petani, khususnya petani kopi. (hrm)