Rapat Koordinasi, pembentukan kepengurusan DPW Jateng Assosiasi IUMKM Indonesia Aku Mandiri di Kawasan Kampus Unnes Semarang
- IUMKM, NEWS

Ketua DPW Jateng Assosiasi IUMKM Indonesia Aku Mandiri Siap Kawal Pasar Tiban

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Wahyu Puji Widodo SH MH yang didapuk sebagai Ketua DPW Jateng Assosiasi IUMKM Indonesia Aku Mandiri berniat membantu perencanaan Pasar Tiban Mingguan untuk masyarakat marjinal.

Pasar tiban tersebut rencana akan dibangun baik di perkotaan maupun desa, agar mereka (kaum marjinal) mempunyai tempat berdagang. Karena membantu masyarakat marjinal dengan membuat sentra Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah sebuah amal kebaikan yang harus disegerakan setelah pandemi ini.

Pria yang akrab dipanggil Om Wahyu ini mengaku bergabung di assosiasi Industri dan UMKM (IUMKM) karena sejalan dengan misi hidupnya, yakni bermanfaat bagi masyarakat.

“Dengan senang hati saya terima. Alhamdulillah bisa berkontribusi, perencanaan yang selama ini ngendon ide-ide komunitas kami bisa segera dikeluarkan,” ujar Om Wahyu kepada Suarabaru.id, Minggu (26/6/2022).

Menurutnya, kolaborasi dengan para pemangku kebijakan wajib dilakukan. “Saya sangat senang ternyata banyak teman yang mau bergabung kerja sosial ini. Yang jelas dikala krisis sektor Industri & UMKM inilah yang tahan,” kata Om Wahyu.

“Ini tugas kita bersama, memberikan lapak agar mereka bisa berdagang. Walau sebenarnya itu tugas wajib pemerintah. Tapi tidak ada salahnya kita berkontribusi. Semoga niat lurus ini tidak terombang ambing tiupan nafsu dunia. Bisa tetap lurus di jalanan yang penuh kerikil,” ungkap dia.

Dirinya juga menyatakan siap kawal program tersebut dengan pembentukan bidang hukum dan advokasi yang akan disupport ratusan advokat serta para legal di Jawa Tengah.

Om Wahyu menyampaikan, setiap tahun, sekolah meluluskan anak didiknya. Dari semua anak didiknya tidak semua beruntung bisa bekerja di sektor formal.

Bekerja di sektor informal terutama PKL bagi mayoritas pelakunya bukanlah pilihan pertamanya, namun mereka kesasar karena tidak ada pilihan lain. Padahal sebenarnya bisnis yang dimulai dari PKL besar potensinya, dan minim resikonya.

“Sementara pemerintah yang digenjot sektor industri, sangat jarang saya temui yang serius rutin membangun sentra-sentra bisnis untuk PKL. Yang ada PKL dianggap pengganggu keindahan kota. Nah PR kita semua, yuk bikin sebuah ide kreatif membantu membuatkan lapak PKL untuk saudara-saudara kita yang tidak terserap di pekerjaan formal,” tukasnya.

Om Wahyu menambahkan, salah satu potensi pengembangan pembangunan daerah adalah usaha disektor informal seperti PKL. Potensi ini apabila dikelola dengan baik, maka akan memberikan kontribusi yang besar dalam aktifitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

PKL adalah pedagang yang menjual barang dagangannya di pinggir jalan atau tempat umum. Usaha pedagang tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana yang informal. Bahkan, PKL secara nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga dapat tercipta suatu kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan.

“Tapi siapa yang memperhatikan mereka? Apakah kita akan ikut andil di dalamnya? Kalau menurut saya sudah sewajibnya,” tandas dia.

Selain memperkuat tim advokasi, Om Wahyu mengaku juga akan memperkuat hukum, IT, pemberdayaan perempuan, untuk mewujudkan kawasan PKL, pasar tIban, dan pasar malam untuk mensupport assosiasi tersebut. Sumber dari suarabaru.id